
Catatan Program
Kebijaksanaan menjadi salah satu pedoman yang dapat dipegang dalam mengelola kehidupan. Bagaimana menyikapi sebuah keadaan dan tantangan dengan kebijaksanaan bisa menciptakan sebuah bentuk yang utuh: penerimaan. Hal ini selaras dengan prinsip stoikisme yang fokus memandang kedamaian dan ketenangan, di mana ketika diimplementasikan dalam kaca mata maskulinitas — banyak ruang mengekspresikan diri secara verbal dan bahasa tubuh yang tidak dihadirkan. Melalui perspektif para figur lelaki dalam program ini, kita mampu melihat bagaimana ruang berkarya secara rupa dapat menjadi sarana ekspresi diri yang terdiskoneksi dari segala belenggu, sehingga pada akhirnya mereka tetap sampai pada destinasi akhir, yaitu penerimaan.
Film “Parsan: The Legend of Rajawali” menjadi pembuka tentang potret pergerakan seorang seniman poster film bioskop yang konsisten berkarya selama lebih dari empat dekade. Menampilkan usahanya untuk tetap bertahan melalui kesenian dengan gaya dan ciri khasnya, tanpa memperdulikan belenggu identitas pekerjaan. Upaya mengekspresikan diri turut tersambung dengan film “Sunday” yang mengisahkan dinamika hubungan seorang ayah dan anak perempuannya. Dalam menyikapi perbedaan pandangan hidup, terdapat paduan visual seni rupa sebagai wakil imajiner dari perasaan yang kompleks. Sedangkan, dalam membicarakan perasaan yang terkadang sukar untuk diceritakan, film “Identitas” pun berusaha untuk menyuarakan carut-marutnya sebuah peristiwa yang berdampak kepada kehidupan seseorang melalui medium rupa sebagai cara bertutur. Pada perjalanannya, seni mampu menjadi penolong keadaan dalam hidup. Dan film “Draw The Second Life” menjadi penutup cerita seorang akademisi sekaligus pegiat seni yang tetap berjuang untuk bergelut di dunia berkarya kendati sebuah kondisi sempat membelenggu dirinya.