Hitler Mati di Surabaya

- Ulasan Film

Komedi Absurd di Tengah Kegilaan Viral

Yogyakarta, Sewon Screening 10 – “Hitler Mati di Surabaya” adalah sebuah komedi satir yang menggabungkan absurditas kehidupan sehari-hari dengan fenomena viral yang sering terjadi di masyarakat. Film ini berkisah tentang Mitro, seorang penjaga makam di Ngagel, Surabaya, yang hidupnya berubah ketika ditemukan sebuah makam yang diduga milik Adolf Hitler. Meskipun Mitro sama sekali tidak tahu siapa Hitler, perhatian publik dan media terhadap makam tersebut mendadak mengubahnya menjadi selebriti lokal.

Keunikan cerita ini terletak pada bagaimana sebuah berita aneh dapat mempengaruhi masyarakat dan mengubah kehidupan seseorang yang sederhana. Mitro, yang awalnya hanyalah penjaga makam biasa, tiba-tiba menjadi sorotan. Tetangganya, bahkan keluarganya, menganggap Mitro seperti artis, dan mereka berlomba-lomba untuk berfoto dengannya. Ini adalah refleksi yang tajam tentang bagaimana masyarakat modern kerap terobsesi dengan ketenaran instan tanpa mempertanyakan esensi dari ketenaran itu sendiri.

Salah satu momen kunci dalam film ini adalah ketika Mitro, yang hidupnya pas-pasan, berusaha memanfaatkan situasi dengan membuat wahana wisata di makam tersebut. Ia mendirikan bilik berbayar di mana pengunjung bisa berfoto dengannya yang berdandan ala Hitler. Ini adalah sindiran cerdas terhadap fenomena eksploitasi dan komodifikasi segala hal, termasuk sejarah dan tragedi, untuk keuntungan pribadi.

Film “Hitler Mati di Surabaya” menyentil isu korupsi melalui karakter Mitro yang mencoba mengambil keuntungan dari situasi yang absurd. Korupsi dalam film ini tidak ditampilkan secara gamblang melalui penyalahgunaan kekuasaan, melainkan melalui bentuk lain yaitu eksploitasi ketenaran dan pengaburan moralitas demi keuntungan pribadi. Ketika Mitro mendirikan wahana wisata di makam yang diduga milik Hitler, ia memanfaatkan ketertarikan publik pada hal-hal sensasional tanpa mempertimbangkan nilai etika. Ini adalah sindiran halus tentang bagaimana masyarakat sering kali mengabaikan integritas demi uang, di mana korupsi tidak hanya terjadi di ranah politik, tetapi juga dalam keseharian masyarakat yang mengejar ketenaran dan keuntungan dengan cara instan.

“Hitler Mati di Surabaya” mengolah humor yang tidak hanya lucu, tetapi juga penuh kritik sosial dengan menghadirkan refleksi tentang masyarakat yang mudah terbawa arus popularitas dan viralitas tanpa memperhatikan makna di baliknya. Film “Hitler Mati di Surabaya” pada program Awas, Ada Manusia! (Official Selection 4) Sewon Screening 10.

(Aimee Latisha)

Penulis Aimee Latisha

Editor Nurul A’mal Mustaqimah

Penerjemah Zahwa Syachira

Detail Film

Hitler Mati di Surabaya

Dhamar Jagad Gautama | 17 Minutes | 2023 | Bahasa Indonesia

Jadwal Pemutaran

G. Concert Hall, ISI Yogyakarta | 27 SEPTEMBER | 19.00 WIB

Pembaruan Terhubung